Investasi di sektor kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di kawasan ASEAN telah mencatat peningkatan yang mengesankan. Menurut Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan Ketua ASEAN Investment Area (AIA) Council, Bahlil Lahadalia, investasi terkait kendaraan listrik di ASEAN naik hingga 570%, mencapai angka US$18 miliar pada tahun 2022. Namun, meskipun lonjakan investasi ini menjadi sinyal positif, terdapat tantangan yang perlu diatasi untuk mengoptimalkan potensi ekosistem EV di kawasan ini.
Dalam acara Pertemuan ASEAN Economic Ministers’ (AEM) Meeting-AIA Council yang berlangsung di Semarang, Bahlil menekankan perlunya kerja sama dalam merumuskan strategi pengembangan ekosistem EV. Ia menyatakan, “Kami juga menyepakati pentingnya melakukan satu formulasi untuk pembangunan ekosistem energi baru terbarukan, kemudian menurunkan emisi, dan perlu melakukan penekanan terhadap ekosistem mobil listrik ini menjadi satu bagian terpenting. Karena Indonesia mengembangkan sendiri, Malaysia sendiri, Vietnam, Thailand, hampir semua negara sedang mengembangkan ekosistem EV.”
Bukan hanya sebagai tujuan investasi, ASEAN juga terbukti menjadi wilayah utama pengembangan ekosistem EV. Setiap negara anggota ASEAN telah meluncurkan program-program untuk memajukan teknologi kendaraan listrik. Bahkan, sepuluh produsen kendaraan listrik terbesar di dunia telah hadir di wilayah ASEAN, dan sebagian besar produsen baterai listrik utama juga telah berinvestasi di sana.
Nguyen Anh Tuan, Deputi Direktur Jenderal Badan Investasi Asing Kementerian Perencanaan dan Investasi Vietnam, menekankan pentingnya kolaborasi di antara negara-negara anggota ASEAN dalam mengembangkan sektor EV. Ia mengatakan, “Saya percaya bahwa ASEAN mampu menjadi daerah yang mengembangkan ekosistem kendaraan listrik dan saya sepenuhnya setuju dengan Ketua bahwa untuk menarik FDI dan juga untuk mengembangkan sektor potensial seperti kendaraan listrik, kita tidak bisa melakukannya sendiri, kita perlu bekerja sama.”
Potensi untuk investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) di sektor ekosistem EV di ASEAN cukup besar. Namun, tantangan yang perlu diatasi termasuk pembangunan infrastruktur yang mendukung mobilitas listrik, peraturan yang konsisten, dan peningkatan kolaborasi antar-negara dalam hal pengembangan teknologi dan inovasi.
Solidaritas dan kerja sama yang efektif di antara negara anggota ASEAN akan menjadi faktor kunci dalam mencapai pembangunan berkelanjutan yang diinginkan. Dengan perkembangan positif dalam investasi dan perkembangan ekosistem kendaraan listrik di kawasan ASEAN, langkah-langkah menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan tampak semakin dekat. Dengan kolaborasi yang kuat dan komitmen yang berkelanjutan, ASEAN berpotensi menjadi pemimpin dalam peralihan menuju mobilitas listrik yang ramah lingkungan di tingkat global.