Pergeseran Paradigma: Perusahaan Migas Dunia Mulai Lirik Investasi Energi Bersih dan Terbarukan

Kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) mengungkapkan pergeseran signifikan dalam paradigma investasi energi global, dengan perusahaan-perusahaan minyak dan gas (migas) mulai menaruh perhatian pada sektor energi terbarukan. Pergeseran ini tidak hanya menjadi indikator penting bagi arah masa depan energi, tetapi juga membawa implikasi positif terhadap pembukaan lapangan kerja di sektor energi baru terbarukan (EBT).

Menurut Kepala Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi (LEMIGAS) Ditjen Migas Kementerian ESDM, Ariana Soemanto, beberapa perusahaan migas global terkemuka seperti Total, Equinor, dan Shell telah mulai memasuki arena investasi energi terbarukan. Ariana mengungkapkan bahwa Total, sebagai contoh, telah melakukan serangkaian akuisisi perusahaan energi terbarukan dengan nilai yang cukup besar, termasuk akuisisi terhadap Adani Renewables senilai US$2,5 miliar pada tahun 2021.

Tidak ketinggalan, Equinor juga terlibat dalam investasi energi terbarukan dengan mengakuisisi E.ON dengan nilai sekitar US$1,4 miliar pada tahun 2016. Shell, dalam upayanya menuju diversifikasi portofolio energi, telah melakukan langkah serupa dengan akuisisi Silicon Ranch senilai US$217 juta pada tahun 2018. Semua langkah ini menggambarkan semakin meningkatnya minat dan komitmen perusahaan migas global dalam memanfaatkan potensi energi terbarukan.

Meskipun begitu, Ariana mengakui bahwa meski investasi energi terbarukan semakin menonjol, kontribusinya masih relatif kecil dalam total bauran energi nasional. Dalam konteks ini, batu bara masih memegang porsi yang signifikan, mencapai sekitar 40% dari total bauran energi nasional. Namun, dengan optimisme yang tinggi, Ariana meyakini bahwa porsi energi terbarukan akan terus meningkat seiring dengan peningkatan kesadaran akan keberlanjutan dan perlunya transisi energi.

Dalam arah yang sama, Ariana juga menyoroti potensi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) di Indonesia. Dengan estimasi potensi penyimpanan karbon sebesar 572 miliar ton di dalam salin akuifer, Indonesia memiliki kesempatan besar untuk berperan aktif dalam upaya mitigasi perubahan iklim global. Langkah-langkah ini menunjukkan bahwa industri migas Indonesia pun mulai beralih ke transisi energi yang lebih berkelanjutan.

Dengan demikian, transformasi menuju energi terbarukan bukan hanya menjadi kebutuhan mendesak dalam menghadapi tantangan perubahan iklim global, tetapi juga membuka peluang baru dalam pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Dengan komitmen dan aksi nyata dari pemangku kepentingan, termasuk pemerintah dan sektor swasta, Indonesia dapat menjadi salah satu pemimpin dalam transisi energi global menuju masa depan yang lebih cerah dan berkelanjutan.

Demikian informasi seputarĀ  fakta bahwa batu bara masih belum tergantikan meskipun pemerintah gencarkan investasi energi terbarukan. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Prexer.Org.

Related Posts