Pemerintah secara tegas membatalkan impor gas 2019. Hal ini diungkapkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Alasannya adalah beberapa megaproyek hulu migas yang siap beroperasi di dalam negeri.
Menurut Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM I.G.N Wiratmaja Puja, beberapa megaproyek hulu migas seperti proyek gas Jangkrik dan Eni yang sudah beroperasi sejak Mei tahun 2017 mampu memberikan hasil yang baik dengan jumlah produksi mencapai 450 mmscfd.
Hal tersebut membuat pasokan gas cukup melimpah untuk dalam negeri. Selain itu, Infrastruktur di dalam negeri yang belum siap untuk menerima impor. Membutuhkan waktu sekitar 3 tahun untuk membangun infrastruktur LNG seperti fasilitas Jetty dan Floating Storage Regascification Unit.
Selain Eni dan Jangkrik, megaproyek lain yang diperkirakan dapat beroperasi pada akhir 2019 adalah Train 3 Tangguh di Papua Barat dan megaproyek Blok Masela yang beroperasi pada 2026.
Wakil Menteri ESDM Archandra Tahar menambahkan jika serapan gas di dalam negeri belum dapat maksimal. Di tahun 2017 terdapat 40 kargo gas alam cair yang terpaksa dijual ke pasar spot karena tidak laku.
Menurut Lembaga riset Wood Machenzie, Indonesia tidak membutuhkan impor gas untuk jangka panjang hingga tahun 2025. Senior Expert Gas & Power Wood Mackenzie Edi Saputra menambahkan jika penyerapan gas masih minim di Indonesia untuk beberapa tahun ke depan.
Hingga saat ini, perusahan paling banyak penggunakan gas hanya PT PLN. Sedangkan pada tahun 2020-2025 terdapat banyak pembangkit batubara yang siap beroperasi. Pembangkit batubara seperti PLTU Cirebon, PLTU Cilacap, dan PLTU Tanjung Jati B merupakan megaproyek dari pemerintah yang mampu memproduksi 1.000 hingga 2.000 MW.
Dengan beroperasinya pembangkit batubara maka permintaan gas otomatis akan menurun. Terlebih harga batubara yang tergolong lebih murah. Diperkirakan utilitas pembangkit gas hanya mampu menyerap 30%-40%.
Untuk mengatasi larangan impor gas, PT Pertamina mulai memetakan potensi pasar yang dapat menyerap pasok gas alam cair. Negara di wilayah Asia seperti Jepang, Korea, Thailand, India dan Taiwan dapat menjadi target penjualan gas alam cair.