Potensi disektor pertanian dan perkebunan terus meningkat dari tahun ke tahun serta lahan perkebunan yang luas di NTB menarik Perusahaan BUMN PT. Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) untuk berinvestasi. Tidak sedikit, Sekitar Rp 3 triliun yang di keluarkan untuk mengembangkan bisnis tiga jenis usaha di NTB.
RNI sebagai BUMN menjajaki pembangunan pabrik gula pasir, pakan ternak berbahan baku jagung dan penggilingan beras. RNI Tertarik berinvestasi dengan menjajaki pembangunan pabrik gula pasir dengan lokasi yang cocok di Kabupaten Sumbawa, dengan pertimbangan luas lahan kering yang cukup dan cocok untuk tanaman perkebunan jenis tebu.
Lahan dengan status hak guna usaha (HGU), lahan hak milik dan pola kemitraan dengan petani pemilik lahan menjadi tiga skema yang di tawarkan. RNI sudah melakukan penjajakan data terkait lahan untuk penanaman tebu sebagai bahan baku gula pasir.
Di Kabupaten Sumbawa (Pulau Sumbawa), dan di Kecamatan Pringgabaya, Kabupaten Lombok Timur dijadikan sebagai pabrik pakan. Kedua lokasi tersebut dijajaki karena mempertimbangkan sebagai sentra produksi jagung, karena jarak yang relatif dekat dengan pelabuhan.
RNI berminat membangun pabrik pakan karena mempertimbangkan NTB mampu memproduksi jagung hingga 1 juta ton dan terus meningkat setiap tahun. Investasi yang disiapkan untuk membangun pabrik pakan ternak berbahan baku jagung sebesar Rp1 triliun.
RNI juga menyiapkan dana investasi sebesar Rp500 miliar untuk membangun (RMU) Rice Milling Unit atau mesin penggilingan beras dengan skala besar.
Lokasi yang dijajaki adalah Kabupaten Lombok Tengah karena merupakan salah satu sentra produksi padi terbesar di NTB.
Dalam menjalankan bisnisnya, kata Husnul, RNI berencana bermitra dengan para pemilik mesin penggilingan padi di NTB. Ada sekitar 3800 pelaku usaha yang terdaftar, namun operasionalnya tidak maksimal.
Dengan pola kemitraan, menurut dia, akan menguntungkan pengusaha lokal. Padi dan beras NTB juga tidak akan banyak ke luar daerah untuk diolah menjadi beras kualitas premium.
“RNI mau berinvestasi untuk mengolah beras menjadi kualitas premium. Jadi beras NTB tidak akan banyak keluar karena pengusaha lokal bisa bermitra dengan BUMN itu,” katanya.