Pameran kertas “Perversion” digelar seniman asal Bandung Nandanggawe, dalam pameran tersebut mempersembahkan 250 figur kolase yang terbuat dari teknologi kertas daur ulang. Pameran tunggal Perversion digelar di Rumah Budaya Rosid, Bandung, Jawa Barat (2-8/8).Kolase dalam pameran kertas karya seniman bernama lengkap Nandang Gumelar Wahyudi itu digarap tanpa cat warna. Bagian tertentu pada kolasenya tersebut hanya terdapat goresan tinta.
Dalam pembukaan pameran kertas tersebut, seniman Nandang mengatakan bahwa karyanya terbuat dari majalah bekas yang membetuk setiap organ tubuh manusia. Pria 48 tahun tersebut melanjutkan, pameran kertas yang diangkat kali ini masih mempersoalkan tubuh. Masih sebagai ciri khas dari karyanya yang sudah melekat selama ini.
Tema pameran kertas “Perversion” diangkat menyangkut soal abnormalitas dan penyimpangan. Nandanggawe membuat karya seni tersebut dengan memotong, membentuk potongan-potongan kertas menjadi kolase atau mozaik, dan kemudian menempelkanya di medium kertas majalah. Nandanggawe sudah melakukannya sejak 2017 lalu. Banyak figur yang ditambahkan dengan goresan pena menyerupai jahitan yang berusaha menyimbolkan implantasi.
Karya-karya dalam seni pameran kertas Preversion tersebut, yang menarik perhatian adalah berjudul “Dangkenstein”. Keterkaitan karyanya ini dengan cerita novel Frankenstein karya Mary Shelley. Dia mengatakan inspirasinya memang dari Frankenstein. Dimana orang ingin menghasilkan orang sempurna, namun malah mengubah diri sendiri bahkan menjadi seperti monster.
Selain karya yang bersifat parodi, Nandanggawe juga tetap mengangkat masalah sosial, politik, dan moral ke dalam pamerannya. “Inspirasinya banyak, bisa dari mana saja. Dari penjual sapu sampai orang-orang di mal” kata dia.
Nandanggawe menambahkan, jika dirinya menciptakan karya seni kolase hanya untuk bertujuan menuangkan hasrat pemikiran dan kecintaannya terhadap seni visual. “Karya saya ini lebih demonstratif dengan tubuh dijungkirbalikkan sedemikian rupa. Meski dalam kenyataan sehari-hari bisa saja tidak ada,” jelasnya.
Nandanggawe bisa disebut setia dengan bentuk tubuh sekalipun pada karyanya bisa menjadi sangat ganjil atau bahkan menjijikan tapi tidak sampai terkesan “grotesque”. Dalam hal ini Nandanggawe tetap mempersoalkan ihwal keindahan, sekalipun mengundang berbagai anasir asing atau mahluk yang ganjil, apa yang dibayangkan indah tetap hadir dan menahan berbagai unsur buruk itu tidak terlalu merajalela.