Menteri Industri Agus Gumiwang Kartasasmita mengadakan pertemuan dengan dua perusahaan industri di Jerman.
Pertemuan ini bertujuan untuk membahas peluang pengembangan untuk industri hilir dan energi terbarukan baru (EBT) di negara ini.
Kunjungan pertama yang dilakukan adalah oléochemical ecogreen yang merupakan produsen produsen asam lemak dan produk lain yang dihasilkan dari penulisan kelapa sawit.
Produk yang diproduksi oleh teknologi perusahaan terbaru digunakan oleh industri lain sebagai bahan baku untuk deterjen, perawatan kulit dan komponen kosmetik, bahan kimia pertanian, industri tekstil, industri percetakan, industri makanan dan obat -obatan.
“Downstream mampu meningkatkan nilai tambah produk kelapa sawit. Kami melihat bahwa teknologi yang digunakan oleh Ecogreen oleochimical dapat mendukung arus industri Indonesia saat ini.
Agus telah menambahkan, dalam 10 tahun terakhir, ekspor produk yang diturunkan dari kelapa sawit Indonesia telah meningkat secara signifikan, dari 20% pada 2010 menjadi 80% pada tahun 2020.
Sementara pada tahun 2011, hanya ada 54 jenis produk CPO di hilir.
Sebelumnya, pada tahun 2020, nilai ekspor produk minyak sawit adalah $ 19,89 miliar, kemudian meningkat sebesar 56,63% pada tahun 2021.
Pekerja berjumlah 4,20 juta pekerja langsung dan 12 juta pekerja tidak langsung.
Program B30, yang merupakan salah satu kebijakan hilir Palm dengan minyak, mampu mengurangi impor bahan bakar diesel sebesar 9,02 juta kiloliter pada tahun 2021.
“Ini berarti bahwa ada penghematan pertukaran sebesar 4,54 miliar dolar AS atau setara dengan 64,45 miliar rupee. Program ini juga dapat mengurangi emisi gas rumah kaca sekitar 24, 4 juta ton setara CO2,” lanjutnya.
Sesuai dengan tujuan Pertemuan Tahunan Forum Ekonomi Dunia 2022 tentang EBT, Menteri Industri mengadakan pertemuan dengan Grup APU, yang memiliki inisiatif program APUS Zero.
Sebagai Desain Keamanan Udara Eropa (EASA), kelompok APU meneliti bagaimana hidrogen dapat digunakan dengan aman dan ekonomis.
“Hasil penelitian dan pengalaman berbagai proyek dan kerja sama diterapkan dalam produk APUS I-2 dan APUS I-5 untuk membangun pesawat bahan bakar hybrid hybrid dengan kinerja yang sangat baik,” jelas Agus.
Hidrogen adalah sumber energi lain untuk bahan bakar yang dapat diterapkan pada sektor industri, transportasi, pembangkit listrik, energi portabel dan sektor lainnya.
Pemerintah melalui Kementerian Industri mulai penerapan penggunaan hidrogen di Indonesia, baik sebagai sumber produksi listrik dan sebagai bahan bakar untuk lahan, mode transportasi dan maritim.
Hidrogen sebagai pengganti energi fosil saat ini dikembangkan di sektor produksi listrik.
Sekarang teknologi adalah hibrida dengan kombinasi hidrogen dan gas alam (hidrogen abu -abu), yang masih menghasilkan emisi karbon.
“Kami berharap dapat memasukkan hidrogen biru pada langkah berikutnya,” kata Menteri Industri.
Dalam peta jalan industri otomotif nasional, Kementerian Industri menetapkan target 20% dari penggunaan kendaraan berbasis baterai listrik pada tahun 2025.
Teknologi baterai bahan bakar berbasis hidrogen untuk produksi industri kendaraan yang ramah lingkungan juga termasuk.
sumber: https://voi.id/ekonomi/173577/lawatan-ke-jerman-menperin-agus-bahas-hilirisasi-industri-hingga-ebt