China Indonesia Pererat Hubungan Bisnis Produk Industri Kreatif

China melalui delegasi yang dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri Sun Chunlan, berkunjung ke Indonesia untuk mempererat hubungan bisnis melalui perdagangan produk industri kreatif.

Wakil Perdana Menteri Sun Chunlan berkunjung ke Sarinah Thamrin Plaza pada Minggu (19/8), untuk melihat produk-produk usaha kecil menengah (UKM) yang ada di Indonesia.

Direktur Utama PT Sarinah (Persero) G.N.P Sugiarta Yasa menjelaskan, tujuan dari kunjungan delegasi China itu adalah untuk melihat produk-produk usaha kecil menengah (UKM) RI yang dipasarkan di toko serba ada (toserba) palmerah itu.

Yasa mengungkapkan kekaguman China atas barang-barang UKM di Indonesia, selain itu mereka ingin membangun hubungan dagang produk industri kreatif dengan Indonesia. Dalam pertemuan tersebut, Yasa mengaku Sarinah masih belum membuat kesepakatan konkrit dengan delegasi China untuk dilakukan dalam waktu dekat.

Hanya saja, untuk mendukung Industri kreatif Indonesia, khusunya batik, China membuka tawaran untuk dapat memasok bahan baku kain untuk keperluan produksi wastra Nusantara tersebut. Lanjutnya, Indonesia berekemungkinan besar meningkatkan ekspor furnitur berbahan baku rotan dan biji kopi ke China setelah kunjungan tersebut.

Berdasarkan data Badan Ekonomi Kreatif 2016, China masih belum menjadi tujuan utama ekspor produk industri kreatif Indonesia. Adapun, negara tujuan utamanya adalah, Amerika Serikat (US$6,04 miliar), Swiss (US$2,08 miliar), Jepang (US$1,35 miliar), Singapura (US$1,22 miliar), dan Jerman (US$0,88 miliar).

Menanggapi hal tersebut, Ekonom Universitas Indonesia Fithra Faisal mengatakan, langkah mempererat hubungan dagang dengan Tiongkok sudah sangat tepat, khususnya dalah hal perdagangan produk industri kreatif.

Terlebih, katanya, peningkatan industri kreatif akan sangat membantu perkembangan UKM yang mana mendominasi industri kreatif Indonesia. “Saya rasa sudah sangat tepat, dan akan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak,” katanya.

Fithra mengatakan, perusahaan marketplace China sangat berpengalaman dalam memberikan pendampingan kepada pelaku UKM. Menurutnya, dengan kerja sama yang jelas pelaku industri kreatif Indonesia akan mendapat bantuan yang sama dalam program pengdampingan tersebut.

Meski terkadang masih ada kekawatiran produk industri kreatif Indonesia tidak dapat bersaing dengan China, Fithra menjelaskan, produk industri kreatif adalah produk yang tidak mudah diduplikasi. Sehingga, kerja sama akan meningkatakan nilai perdagangan tanpa mengganggu pertumbuhan produk dalam negeri.

Ditambah lagi, katanya, trade complementary index Indonesia-Tingkok cukup tinggi. Sekitar 70% barang-barang yang diperdagangkan Indonesia merupakan barang yang saling melengkapi. “Kita tidak perlu takut ada barang yang sama diperdagangankan, apalagi priduk dari industri kreatif, yang produknya sangat lekat dengan adat dari negara yang bersangkutan,” tuturnya.

Related Posts