Produk industri kreatif Indonesia akan semakin dikenal dunia setelah dipamerkan pada acara IMF-World Bank di Bali. Hal tersebut dikatakan oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) saat menghadiri pameran karya UMKM di Paviliun Indonesia.
“Ini akan mempromosikan wajah Indonesia yang tidak hanya memiliki kekuatan sumber daya alam, tetapi juga nonsumber daya alam seperti industri kreatif yang akan memberi kesan kepada delegasi,” kata Kepala Bekraf Triawan Munaf.
Menurutnya, dengan jumlah delegasi yang besar mencapai sekitar 34 ribu orang akan memberi dampak signifikan bagi promosi industri kreatif Tanah Air. Karya dari pelaku UKMK yang ikut dipamerkan dalam Paviliun Indonesia seluas 2.000 meter persegi itu.
Tidak hanya itu, pelaku UMKM tersebut juga berpotensi bisa lebih dekat dengan akses permodalan, akses pasar atau bahkan investasi. Mengingat para delegasi pertemuan IMF dan Bank Dunia juga berasal dari kalangan pengusaha dan badan usaha.
“Kekuatan ekonomi Indonesia ada di UMKM, pekerja kreatif dan pengrajin. Mereka itu lebih stabil, lebih beragam dan negara harus mendukung mereka,” tuturnya.
Di Pavilion Indonesia selain memamerkan capaian pembangunan Indonesia, juga menampilkan industri kreatif Tanah Air. Sekitar 150 usaha mikro kecil menengah (UMKM) dari 64 pemerintah kabupaten/kota di Indonesia turut dilibatkan dalam memamerkan hasil karyanya.
Mereka juga melakukan demo pembuatan batik, tenun, kerajinan tas, kipas, topeng dan suling serta kerajinan lainnya yang diharapkan menjadi daya tarik tersendiri bagi para delegasi. Sehingga, para delegasi tersebut akan merasakan pengalaman membuat kerajinan khas Indonesia di area kerajinan dan seni.
Survei khusus ekonomi kreatif 2016 oleh Badan Ekonomi Kreatif dan BPS menyebutkan kontribusi ekonomi kreatif tahun 2015 mencapai Rp852,2 triliun. Kontribusinya naik 4,38 persen dibandingkan tahun 2014 yang mencapai Rp784,8 triliun.
Industri kuliner berkontribusi paling besar mencapai 41 persen disusul fesyen dan kriya menduduki posisi kedua dan ketiga masing-masing 18 persen dan 15 persen yang memberikan kontribusi ekonomi kreatif terhadap pendapatan domestik bruto.
Sedangkan untuk ekspor, kontribusi terbesar dari sektor fesyen sebesar 56 persen kemudian kriya (37 persen) dan kuliner (6 persen).