PT PLN (Persero) mengungkapkan kebutuhan investasi transisi energi sebesar US$171 miliar untuk mewujudkan transisi energi yang lebih ramah lingkungan dalam kurun waktu 10 tahun ke depan. Modal besar tersebut akan digunakan untuk memperluas kapasitas pembangkit energi, dengan 70% dari total kapasitas yang akan bersumber dari energi terbarukan, seperti surya, angin, panas bumi, dan biomassa.
Rencana ambisius investasi transisi energi mencakup pembangunan infrastruktur kelistrikan, termasuk green enabling transmission line sepanjang 48.000 kilometer (km) untuk mendukung penyebaran energi terbarukan ke seluruh wilayah Indonesia.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo menegaskan pentingnya kolaborasi dengan berbagai pihak, baik domestik maupun internasional, untuk memenuhi kebutuhan investasi tersebut.
Kerja sama internasional juga menjadi bagian penting dalam rencana ini. PLN telah menjalin kemitraan dengan China Export Import Bank (CEXIM), yang disepakati melalui nota kesepahaman (MoU) pada Oktober 2023. Kerja sama ini bertujuan untuk mempercepat pengembangan sektor kelistrikan Indonesia, khususnya dalam sektor pembangkitan energi terbarukan.
Darmawan menambahkan bahwa investasi transisi energi tidak hanya bertujuan untuk menyediakan listrik yang andal dan ramah lingkungan, tetapi juga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif dan menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat Indonesia.
Namun, tantangan geografis Indonesia yang luas dan tersebar di daerah terpencil menjadi hambatan dalam pemanfaatan energi baru dan terbarukan secara merata. Meski demikian, PLN dan CEXIM berkomitmen untuk mengatasi tantangan ini melalui inovasi teknologi dan pembiayaan bersama.
Transisi energi menjadi kunci penting bagi masa depan kelistrikan Indonesia, dan PLN optimistis langkah-langkah strategis yang diambil bersama mitra global dapat mempercepat proses tersebut.
Demikian informasi seputar investasi transisi energi. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Prexer.Org.
